Dibandingkan dengan orang dewasa, kebutuhan bayi akan zat gizi boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur bedasarkan persentase berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi ternyata melampaui kebutuhan orang dewasa, nyaris dua kali lipat. Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal: karbohidrat dalam ASI berupa laktosa; lemaknya banyak mengandung polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda); protein utmanya lactalbumin yang mudah dicerna; kandungan vitamin dan mineralnya banyak; rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi yang ideal bagi penyerapan kalsium. Selain itu, ASI juga mengandung zat anti infeksi.
Kolostrum ialah ASI yang keluar pertama berwarna jernih kekuningan, dan kaya akan zat antibodi; (a) faktor bifidus, (b) SigA, IgM, IgG, (C) faktor antistaphlococcus, (d) lakoferin, (e) laktoperoksidase, (f) komplemen :C3, C4, (g) Interfron, (h) lisozim, (i) protein pengikat B12, (j) limfosit, (k) makrofag, (l) faktor (rata-rata 30 cc) sehari. Sekresi ASI meningkat secara bertahap dan mencapai komposisi matang pada 30-40 jam seusai melahirkan.
Faktor bifidus adalah faktor spesifik pemacu pertumbuhan Lactobacillus bifidus, bakteri yang dianggap mengganggu kolonisasi bakteri patogen di dalam saluran cerna. Secretory immunoglobulin A (SigA) dianggap berkemampuan megikat protein asing bermolekul besar seperti virus, bakteri dan zat toksik. Pengikatan ini bertujuan untuk penyerapan sehingga tidak membahayakan bayi. Laktoferin merupakan protein pengikat zat besi agar tidak dapat digunakan oleh bakteri untuk bertumbuh kembang. Lizosim ialah enzim yang bekerja menghancurkan bakteri dengan jalan merobek dinding sel, yang secara tidak langsung meningkatkan keefektifan antibodi. Leukosit sebagian berfungsi mencegah enterocolitis nekrotikan, penyakit mematikan yang lazim menjangkiti bayi berberat badan lahir rendah.
Makrofag, selain menyekresi SIgA dan interferon juga berfungsi untuk memangsa oganisme lain. Komplemen, laktoperoksidase, dan faktor anti streptokokus merupakan faktor petahanan yang membantu menurunkan insidensi infeksi.
Referensi: Arisman, 2007, Gizi dalam Daur Kehidupan, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar